LONDON, Selasa - Lembaga pemeringkat Standard & Poor’s mengatakan kemungkinan akan menurunkan peringkat utang AS. Ini membuat pasar finansial global bergejolak pada Selasa (19/4) dan Rabu (20/4). Pasar langsung menilai, status utang negara AS dalam ”bahaya”.
Standard & Poor’s (S&P) masih memberikan kode AAA (aman dari segala risiko) terhadap utang AS. Namun, S&P telah menurunkan prospek utang AS dari ”stabil AAA” menjadi ”negatif AAA” alias status itu bisa anjlok segera.
Ini semua terkait kekhawatiran pasar soal kemampuan AS membayar utang-utang itu kelak. Utang-utang AS melejit pesat, sementara pertumbuhan ekonominya kembang kempis (lihat tabel).
Dalam 10 tahun mendatang, Partai Demokrat dan Presiden AS Barack Obama merencanakan pengurangan utang sebesar 4 triliun dollar AS.
Kubu Republik meminta agar Obama menyusun rencana penurunan utang sebesar 6 triliun dollar AS untuk 12 tahun ke depan.
Namun, tidak satu pun dari dua skema itu yang akan layak dijalankan secara teoritis. Jika mengikuti skema Obama, artinya setiap tahun Pemerintah AS harus mengurangi utang sebesar 400 miliar dollar AS.
Ini sulit karena pertumbuhan ekonomi AS harus menghasilkan uang di atas 400 miliar dollar AS per tahun alias pertumbuhan minimal 3 persen. Ini relatif mustahil bagi ekonomi AS.
S&P prihatin dengan tingkat utang Pemerintah AS saat ini serta sikap para politisi yang tak bersepakat soal pengurangan defisit anggaran pemerintah yang selama ini ditutupi dengan utang.
Isu utang AS ini menjadi penting ke depan. Tidak dimungkiri, gejolak di pasar finansial pertanda investor semakin memerhatikan posisi utang AS.
Belum ada reaksi langsung terhadap pernyataan S&P. China sebagai pemegang terbesar obligasi Pemerintah AS belum bereaksi. Namun, Li Jie, Kepala Riset Valuta Asing China, sebuah lembaga riset di Universitas Pusat Keuangan dan Ekonomi di Beijing, menyatakan, ”Pernyataan S&P merupakan peringatan.”
David Watt, seorang ahli strategi investasi dari RBC Dominion Securities, mengatakan, diskusi soal potensi penurunan peringkat utang AS sudah marak dalam dua tahun terakhir.
Namun, Jepang, pemegang kedua terbesar surat utang Pemerintah AS, tidak terlalu khawatir soal bahaya utang AS itu. ”AS sudah mengatasi isu finansialnya dengan berbagai cara. Saya rasa obligasi Pemerintah AS masih menarik bagi kami,” ujar Menteri Keuangan Jepang Yoshihiko Noda di Tokyo, Selasa.
Belum terimbangi
Kinerja ekonomi membuat popularitas Presiden Barack Obama semakin merosot, mendekati titik terendah. Namun, dalam pemilihan umum presiden tahun 2012 mendatang, Obama diyakini belum tergoyahkan.
Rakyat AS juga kecewa terhadap sejumlah bakal kandidat presiden yang diajukan Partai Republik.
Menurut jajak pendapat Washington Post-ABC News, yang diumumkan Selasa, kinerja pemerintah Obama merosot jadi 47 persen atau turun 4 persen dari sebulan lalu.
Isu ekonomi menjadi masalah terbesar bagi Obama dalam pemilihan mendatang. Warga resah dengan peningkatan harga gas, salah satu indikator paling sensitif bagi masyarakat. Namun, posisi Obama (Demokrat) masih jauh lebih populer dibandingkan tujuh bakal kandidat presiden dari Partai Republik.
Sebanyak 40 persen pemilih Partai Republik dan juga kalangan independen mengaku tidak puas dengan nama-nama kandidat potensial Partai Republik tadi. Hanya 43 persen yang mengaku menerima dan puas nama-nama kandidat itu.
Hasil survei itu lebih buruk dari survei serupa menjelang pemilu presiden 2008. Saat itu tingkat kepuasan pendukung Partai Republik terhadap para kandidat yang diajukan partai mencapai 65 persen.
Popularitas Trump rendah
Saat disandingkan dengan masing-masing kandidat dari Partai Republik yang diajukan saat ini pun, Obama unggul.
Ketika Obama disandingkan melawan mantan Gubernur Alaska Sarah Palin, sebanyak 55 persen warga lebih memilih Obama ketimbang Palin yang hanya mendapat 38 persen dukungan.
Dengan mantan Gubernur Arkansas Mike Huckabee, Obama unggul dengan perolehan sebesar 50 persen, sementara Huckabee hanya mendapat 44 persen. Saat disandingkan melawan mantan Gubernur Massachusetts Mitt Romney, Obama unggul dengan perolehan 49 persen, sementara Romney hanya 44 persen.
Keunggulan sama juga didapat Obama ketika disandingkan dengan mantan anggota legislatif, Newt Gingrich, yang hanya mampu meraih dukungan 39 persen, sementara Obama mengantongi dukungan hingga 54 persen.
Menghadapi Gubernur Minnesota Tim Pawlenty, Obama juga meraup dukungan 15 persen lebih besar dari yang diperoleh Pawlenty yang hanya mengantongi 38 persen dukungan.
Jika dibandingkan dengan kandidat lain dari Partai Republik seperti Donald Trump dan Michele Bachmann dari Minnesota, Obama juga menang. Dua orang ini mendapat dukungan di bawah 12 persen saja. Kubu Republik juga dianggap sebagai bagian dari persoalan negara.
(REUTERS/AP/AFP/JOE/DWA)
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2011/04/20/04123324/utang.as.dalam.bahaya
0 comments:
Posting Komentar