Kamis, 07 April 2011

Profesor termuda di AS adalah WARGA NEGARA INDONESIA

Nelson Tansu meraih gelar Profesor di bidang Electrical Engineering di Amerika sebelum berusia 30 tahun. Karena last name-nya mirip nama Jepang, banyak petinggi Jepang yang mengajaknya “pulang ke Jepang” untuk membangun Jepang. Tapi Prof. Tansu mengatakan kalau dia adalah pemegang paspor hijau berlogo Garuda Pancasila. Namun demikian, ia belum mau pulang ke Indonesia. Kenapa?
Nelson Tansu lahir di Medan, 20 October 1977. Lulusan terbaik dari SMA Sutomo 1 Medan. Pernah menjadi finalis team Indonesia di Olimpiade Fisika. Meraih gelar Sarjana dari Wisconsin University pada bidang Applied Mathematics, Electrical Engineering and Physics (AMEP) yang ditempuhnya hanya dalam 2 tahun 9 bulan, dan dengan predikat Summa Cum Laude. Kemudian meraih gelar Master pada bidang yang sama, dan meraih gelar Doktor (Ph.D) di bidang Electrical Engineering pada usia 26 tahun. Ia mengaku orang tuanya hanya membiayai-nya hingga sarjana saja. Selebihnya, ia dapat dari beasiswa hingga meraih gelar Doktorat. Dia juga merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi Profesor di Lehigh University tempatnya bekerja sekarang.
Thesis Doktorat-nya mendapat award sebagai “The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award” mengalahkan 300 thesis Doktorat lainnya. Secara total, ia sudah menerima 11 scientific award di tingkat internasional, sudah mempublikasikan lebih 80 karya di berbagai journal internasional dan saat ini adalah visiting professor di 18 perguruan tinggi dan institusi riset. Ia juga aktif diundang sebagai pembicara di berbagai even internasional di Amerika, Kanada, Eropa dan Asia.
Karena namanya mirip dengan bekas Perdana Menteri Turki, Tansu Ciller, dan juga mirip nama Jepang, Tansu, maka pihak Turki dan Jepang banyak yang mencoba membajaknya untuk “pulang”. Tapi dia selalu menjelaskan kalau dia adalah orang Indonesia. Hingga kini ia tetap memegang paspor hijau berlogo Garuda Pancasila dan tidak menjadi warga negara Amerika Serikat. Ia cinta Indonesia katanya. Tetapi, melihat atmosfir riset yang sangat mendukung di Amerika, ia menyatakan belum mau pulang dan bekerja di Indonesia. Bukan apa-apa, harus kita akui bahwa Indonesia terlalu kecil untuk ilmuwan sekaliber Prof. Nelson Tansu.
Ia juga menyatakan bahwa di Amerika, ilmuwan dan dosen adalah profesi yang sangat dihormati di masyarakat. Ia tidak melihat hal demikian di Indonesia. Ia menyatatakan bahwa penghargaan bagi ilmuwan dan dosen di Indonesia adalah rendah. Lihat saja penghasilan yang didapat dari kampus. Tidak cukup untuk membiayai keluarga si peneliti/dosen. Akibatnya, seorang dosen harus mengambil pekerjaan lain, sebagai konsultan di sektor swasta, mengajar di banyak perguruan tinggi, dan sebagianya. Dengan demikian, seorang dosen tidak punya waktu lagi untuk melakkukan riset dan membuat publikasi ilmiah. Bagaimana perguruan tinggi Indonesia bisa dikenal di luar negeri jika tidak pernah menghasilkan publikasi ilmiah secara internasional?
Prof. Tansu juga menjelaskan kalau di US atau Singapore, gaji seorang profesor adalah 18-30 kali lipat lebih dari gaji professor di Indonesia. Sementara, biaya hidup di Indonesia cuma lebih murah 3 kali saja. Maka itu, ia mengatakan adalah sangat wajar jika seorang profesor lebih memilih untuk tidak bekerja di Indonesia. Panggilan seorang profesor atau dosen adalah untuk meneliti dan membuat publikasi ilmiah, tapi bagaimana mungkin bisa ia lakukan jika ia sendiri sibuk “cari makan”.
Nama:
Prof Nelson Tansu, Ph.D
Lahir:
Medan, 20 Oktober 1977
Orang Tua:
Iskandar Tansu (Ayah) / Lily Auw (Ibu)
Saudara:
Tony Tansu (abang) dan Inge Tansu (adik). Keduanya lulusan Ohio State University (OSU).
Pekerjaan:
Assistant Professor, Department of Electrical and Computer Engineering
Center for Optical Technologies, P. C. Rossin College of Engineering and Applied Science, Lehigh University
Tema Utama Penelitian:
Optoelectronic Devices for Optical and Free-Space Communications, and Quantum Nano-Photonic Material and Devices for Quantum Information Processing”
Pendidikan:
- Ph.D. in Electrical Engineering, University of Wisconsin-Madison, 1998 - Mei 2003
- B.S. in Applied Mathematics, Electrical Engineering, and Physics, University of Wisconsin-Madison, 1995 - 1998
- SMA Sutomo 1 (Medan, North Sumatra, Indonesia), 1992 - 1995
Penghargaan:
- Finalis Tim Olimpiade Fisika 2005
- Lulusan terbaik SMA Sutomo 1, Medan
- Tau Beta Pi Engineering Honors (1998), University of Wisconsin-Madison
- WARF Graduate University Fellowships (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- VILAS Graduate University Fellowships (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- Graduate Dissertator Travel Funding Award (Graduate School, University of Wisconsin-Madison)
- The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Award-1st Prize (University of Wisconsin-Madison)
- Sigma Xi Scientific Research Society Honors (2004), Lehigh University
Who’s Who in Science and Engineering (since 2005), Inducted in 2004.
Organisasi Profesi:
- Institute of Electrical and Electronics Engineers, Laser and Electro-Optics Society (IEEE-LEOS)
- The International Society for Optical Engineering (SPIE)
- Optical Society of America (OSA)
- Tau Beta Pi Engineering Honor Society
Aktivitas Profesional:
- Technical Program Committee Member - The 7th Joint Conference on Information Sciences (JCIS) 2003 - The 2nd Symposium on Photonics, Networking and Computing (PNC) 2003, Cary, NC, USA, September 2003.
Jurnal:
- IEEE Photonic Technology Letters (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEEE Journal of Quantum Electronics (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEEE Journal of Selected Topics in Quantum Electronics (published by IEEE Lasers and Electro-Optics Society)
- IEE Electronics Letters (published by IEE, UK)
- IOP Semiconductor Science and Technology (published by Institute of Physics, Bristol, UK)

0 comments:

Posting Komentar