Jumat, 13 Mei 2011

Mencari Akar Korupsi




Aku adalah sebutir pasir yang masuk ke dalam mesin korupsi itu dan menjadikannya berderit. Kuakui bahwa aku menyenangi peran ini. Peran ini unik, jarang, dan perlu ada. Aku mengabdi meskipun istri dan anak-anakku tidak bisa hidup dengan leluasa. Itu kebangganku. Aku sadar kebangganku itu tidak menolong mereka “ (Serambi, 2010)

Novel Berjudul korupsi karangan Tahar Ben Jelloun, Menceritakan sosok Murad, seorang Insinyur, Bekerja di kementrian Pekerjaan Umum di Casabalanca, Maroko. Novel ini berkisah tentang Korupsi yang sudah membudaya dilingkungan birokrasi di tempat murad bekerja. Seorang murad memilki karakter yang mempunyai integeritas yang tinggi.
   
Perannya di birokrasi adalah mempelajari berkas pembangunan. Tanpa parafnya, tak akan ada ijin membangun. Jabatanya wakil direktur perencanaan dan pembinaan. Dengan gajinya yang sedikit, dia menghidupi keluarganya, membayar uang sekolah anak-anak, sewa rumah dan memenuhi keperluan sehari-hari ibunya.
Melalui Novel ini pembaca diajak untuk memahami seluk beluk korupsi di lembaga pemerintahan lewat kisah Murad. Murad memiliki integritas dan prinsip yang kuat untuk tidak melakukan korupsi, padahal dia memiliki posisi yang sangat strategis. Bagi murad melakukan tindakan korupsi merupakan salah satu hal yang paling dibenci dalam kehidupanya. Semenjak kecil meskipun kehidupan orangtuanya sederhana, orang tuanya tetap mengajarkan untuk terus memiliki prinsip untuk berbuat jujur.
   
Namun realita kehidupan berkata lain untuk prinsip murad. Berada dalam lingkungan yang sudah membudaya untuk melakukan korupsi, akhirnya murad juga harus berkompromi dengan tuntutan kehidupan. Dengan gaji yang rendah dan tuntutan keluarga yang sangat besar untuk memenuhi biaya hidup murad-pun akhirnya terperangkap untuk melakukan korupsi. Murad harus kalah untuk mengabaikan prinsipnya ketika dihadapakan dengan masalah anak-anaknya yang butuh biaya.
   
Lewat novel ini pembaca dapat memahami berbagai faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan korupsi. Adakalanya seseorang yang memiliki integritas yang kuat untuk tidak melakukan korupsi, harus melakukan akibat faktor rendahnya gaji yang tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan. “Harga-harga naik. Kehidupan tidak menanyakan pendapatan kita (hal.37)”.
   
Tak hanya itu, lingkungan kerja juga memberi pengaruh. Ini dapat dilihat dari salah satu perkataan Murad, “Di sini, kehangatan salam tidak tergantung pada jabatan, tapi pada banyaknya penghasilan (hal.15) “. Ini juga menjadi faktor, ketika penghargaan akan seseorang tidak dilihat dari kejujuran dan jabatannya melainkan dari penghasilannya yang tak jarang didapatkan lewat korupsi seperti sosok Haji Hamid dalam novel ini.
   
Meskipun novel ini bercerita tentang Murad dan keadaan korupsi di Maroko, bagi masyarakat Indonesia masih tetap relevan dan layak dibaca. Apalagi Indonesia juga salah satu negara yang masih bergelut untuk melepaskan diri dari cengkaraman korupsi terutama di lingkungan birokrasi.
   
Selain itu, novel ini juga memberikan gambaran kepada masyarakat Indonesia bahwa negeri ini punya sastrawan besar yang pernah di “buang” pemerintahan orde baru yakni Pramoedya Ananta Toer. Pengarang novel ini Tahar Ben Jelloun dengan gamblang menuliskan di bagian pengantar bahwa karyanya ini terinspirasi dari karya Pramoedya yang berjudul korupsi yang diterbitkan di Indonesia pada tahun 1954. Dan dia mengatakan dia menulis novel ini sebagai tanda kehormatan dan dukungan kepada Pramoedya Ananta Toer.

Selamat membaca !
   
Ardi Nanda Sinulingga
Mahasiswa Universitas Padjadjaran
Saat ini menjabat Ketua cabang GMNI Kab Sumedang
Sumber : http://suar.okezone.com/read/2011/05/10/285/455570/mencari-akar-korupsi

0 comments:

Posting Komentar