Penulis : Ervan Hardoko | Selasa, 20 November 2012 | 06:13 WIB
Wikipedia
Kongres Zionis Pertama di Swiss 1897. Kongres inilah yang
akhirnya membentuk Gerakan Zionisme yang menjadi awal cita-cita
pembentukan Negara Yahudi.
KOMPAS.com — Namun, berbicara soal konflik modern Israel-Palestina mungkin bisa dirunut hingga akhir abad ke-19, sebelum pecahnya Perang Dunia I. Saat itu, Timur Tengah merupakan wilayah kekuasaan Kekaisaran Ottoman Turki selama lebih dari 400 tahun. Menjelang akhir abad ke-19, Palestina atau saat itu disebut Suriah Selatan dipecah menjadi Provinsi Suriah, Beirut, serta Jerusalem oleh penguasa Ottoman.
Saat itu Palestina didominasi warga Arab Muslim
dengan sedikit warga Kristen Arab, Druze, Sirkasian, dan Yahudi. Meski
hidup di bawah penjajahan bangsa Turki, tetapi kehidupan di kawasan ini
bisa dikatakan jauh dari konflik dan kekerasan.
Sementara itu,
nun di Benua Biru, warga Yahudi yang banyak tersebar di Eropa Tengah dan
Eropa Timur sudah sejak lama memimpikan "kembali ke Zion" atau
sederhananya adalah kembali ke tanah yang dijanjikan Tuhan. Namun,
imigrasi ke Palestina atau yang mereka sebut sebagai Tanah Israel baru
dilakukan secara sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok kecil dan niat
mendirikan sebuah negara Yahudi belum tebersit.
Niat mendirikan
negara Yahudi muncul sekitar 1859-1880 ketika gelombang anti-Semit mulai
melanda Eropa dan Rusia. Inilah yang memicu terbentuknya Gerakan
Zionisme pada 1897. Gerakan ini menginginkan pembentukan sebuah negara
Yahudi sebagai suaka untuk semua bangsa Yahudi di berbagai pelosok
dunia. Kelompok ini pernah mempertimbangkan beberapa lokasi di Afrika
dan Amerika sebelum akhirnya memilih Palestina sebagai tujuan akhir.
Seperti
disinggung di atas, Palestina saat itu masih berupa kawasan yang
menjadi kekuasaan Kekaisaran Ottoman Turki. Gerakan Zionisme yang
didukung Dana Nasional Yahudi kemudian mendanai pembelian tanah di
Palestina yang masih menjadi jajahan Ottoman Turki untuk pembangunan
permukiman para imigran Yahudi. Gelombang imigrasi Yahudi, setelah
terbentuknya Organisasi Zionis Dunia, kini menjadi lebih terorganisasi
dengan tujuan yang jauh lebih jelas di masa mendatang.
Pada
awalnya, imigrasi warga Yahudi ke Palestina tidak menimbulkan masalah di
Palestina. Namun, dengan semakin banyaknya imigran Yahudi yang datang,
semakin banyak pula tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan permukiman.
Konflik dan sengketa perebutan tanah tak jarang terjadi antara kedua
bangsa ini.
Semakin meningkatnya jumlah imigran Yahudi di
Palestina ternyata juga membuat Kekaisaran Ottoman khawatir. Namun,
kekhawatiran mereka lebih didasari fakta bahwa kebanyakan imigran Yahudi
itu datang dari Rusia yang adalah musuh utama Ottoman dalam perebutan
kekuasaan di kawasan Balkan.
Ottoman khawatir para pendatang
Yahudi dari Rusia ini akan menjadi perpanjangan tangan negeri asalnya
untuk melemahkan kekuasaan Ottoman di Timur Tengah. Sehingga, kekerasan
pertama yang menimpa para imigran Yahudi pada 1880-an di
Palestina—khususnya yang dilakukan Turki Ottoman—adalah karena mereka
dianggap sebagai bangsa Rusia atau Eropa, bukan karena mereka adalah
Yahudi.
Langkah menentang imigran Yahudi pun dilakukan para
penduduk lokal, khususnya warga Arab. Mereka mulai memprotes akuisisi
tanah oleh pendatang Yahudi. Atas aksi protes ini akhirnya Kekaisaran
Turki Ottoman menghentikan penjualan tanah kepada para imigran dan orang
asing. Meski demikian, pada 1914 jumlah warga Yahudi di Palestina sudah
berjumlah 66.000 orang, separuhnya adalah para pendatang baru.
(bersambung)
Baca juga:
BERBAGAI SUMBER
Editor :
A. Wisnubrata
0 comments:
Posting Komentar