OBESITAS pada anak dan remaja ibarat bom waktu. Bila tidak dijinakkan, kelebihan berat badan akan meledakkan sederet penyakit berbahaya di masa mendatang. Risiko yang ditimbulkan obesitas, seperti jantung koroner, stroke, kanker payudara, kanker kolon, gangguan gastro akut dan ginjal, patut sangat dipahami. Gangguan pada ginjal dan sesak napas itulah yang membawa Sila, remaja putri di Toli-toli, menemui ajalnya.
Di Jakarta, pekan ini, para dokter ahli akan membahas manajemen obesitas dan cara mengatasi penyakit yang diakibatkan, agar kegemukan tak berbuntut maut. "Kami berharap ada jalan keluar penanganan obesitas yang lebih komprehensif," ujar dokter Inge, salah seorang penggagas acara ini.
Hingga kini faktor genetik adalah masalah utama penyakit obesitas. "Faktor genetik berperan besar dalam menentukan seseorang menderita obesitas atau tidak. Perempuan yang kegemukan lebih besar kemungkinan memiliki anak-anak obesitas," kata dokter Carel le Roux, anggota asosiasi pakar kesehatan obesitas dan kompleksitasnya (ESCO) dan dokter utama Imperial Weight Centre di Rumah Sakit Charing Cross, Inggris.
Karena itulah sejak awal, pada saat masa ibu hamil, menurut pakar ESCO lainnya, dokter Haslam, petugas kesehatan sudah harus ikut campur memberikan informasi tentang makanan sehat kepada calon ibu. "Kehidupan obesitas dimulai sebelum lahir, ketika ibu hamil. Petugas medis harus lebih fokus pada gaya hidup si ibu dan soal obesitas," katanya. Setelah itu, usai kelahiran, menurut Haslam, air susu ibu merupakan hal penting untuk melawan obesitas dan alergi.
Usia kritis lainnya, baik menurut dokter Haslam maupun Carel, adalah umur empat tahun. "Jika tidak melakukan apa pun untuk menghentikan soal obesitas pada anak usia empat tahun, anak itu akan menghadapi masalah besar," kata kedua pakar obesitas tersebut. Di Inggris, menurut penelitian terbaru lembaga tersebut, terdapat 1,5 juta anak obesitas, meningkat 21 persen dari empat tahun sebelumnya.
Periset obesitas lainnya, Paul Sacher, juga menemukan anak-anak yang terkena obesitas pada usia sangat muda memiliki kemungkinan gemuk di usia dewasa. "Obesitas pada usia anak-anak berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan dari usia muda sampai dewasa," katanya. Dokter Carel juga seiya-sekata, "Jika seorang pasien kegemukan pada usia empat tahun, akan lebih sulit merawatnya pada jangka panjang."
Hampir semua pakar obesitas di ESCO sepakat, seseorang menjadi gemuk tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan, tapi juga terpicu oleh berbagai macam aspek, termasuk diet, gaya hidup, budaya, jenis kelamin, dan pola kebiasaan.
Gaya hidup dituding sebagai faktor yang paling banyak menyumbang obesitas, setelah genetik. Makanan siap saji (fast food), peralatan yang mempermudah kerja, hingga kebiasaan pola kerja yang inaktif dapat juga membuat tubuh tambun tak terkendali. Stres dan tak berolahraga pun memicu terjadinya penumpukan lemak tubuh secara berlebihan.
Riset terbaru Proyek Sekolah Sehat yang diadakan Pusat Jantung Universitas Michigan, Amerika Serikat, menyimpulkan pola dan kebiasaan makan yang buruk sebagai penyebab utama sebagian besar kasus obesitas di kalangan anak dan remaja. Temuan itu melibatkan lebih dari 1.000 siswa dari 13 sekolah tingkat menengah di Michigan.
Menurut pemimpin riset, dokter spesialis jantung Kim A. Eagle, seperti dimuat edisi terbaru American Heart Journal, pada anak-anak dengan kondisi obesitas ekstrem, peran genetis mungkin dipertimbangkan. Namun sisanya yang menyebabkan tren obesitas di kalangan anak adalah kurang aktivitas fisik, terlalu lama menghabiskan waktu santai duduk di depan layar televisi, serta gizi tak seimbang dalam menu makan siang mereka.
Menurut penelitian tentang obesitas pada anak sepuluh tahun sebelumnya, hanya 6,5 persen anak Amerika Serikat berusia 6 hingga 11 tahun yang menderita obesitas. Namun persentase itu telah meningkat hampir 20 persen pada 2010. Faktanya, hampir semua anak yang diriset memiliki pola makan buruk. Hampir sepertiga siswa mengaku minum satu porsi soda sehari. Sepertiga dari seluruh anak dengan berat badan berlebih cenderung melakukan sedikit aktivitas dibanding temannya yang tidak kegemukan, dalam mata pelajaran olahraga. Mereka tidak menjadi anggota tim olahraga di sekolahnya.(AT)
0 comments:
Posting Komentar