Kamis, 31 Maret 2011 21:03 wib
Mainah, warga Desa Babat, Kecamatan Kebon Agung, Demak, Jateng. (Dok: Sun TV)
DEMAK- Malang benar nasib Mainah. Nenek renta berusia 75 tahun itu terpaksa tinggal sebatang kara di gubug yang nyaris roboh.
Mainah sudah menempati gubug yang terletak di RT 02/01, Desa Babat, Kecamatan Kebon Agung, Demak, Jawa Tengah, itu sejak 20 tahun lalu.
Gubug seukuran 2 x 3 meter itu didirikan warga karena merasa iba dengan kondisinya. Pasalnya, sejak diusir sang anak Mainah sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.
Sehari-hari dia lebih banyak menunggu kiriman makanan dari tetangga. Tungku di gubugnya sangat jarang digunakan karena tidak ada bahan untuk dimasak.
Bahkan untuk mencari air di sungai, Mainah harus bolak-balik melewati jalan bebatuan yang licin. Tubuh bongkoknya berjalan hanya ditopang tongkat bambu di tangan kanan.
Dalam kondisi jalan licin dan naik turun itu, Mainah harus melangkah hati-hati agar tidak terpeleset. Ditambah, tangan kirinya harus membawa beban satu ember air.
Perjuangan berat untuk mendapatkan air tidak hanya dilakukannya sekali. Dalam sehari, Mainah harus tiga kali bolak-balik ke sungai yang jaraknya 300 meter dari gubugnya.
Tak hanya itu, ranjang tempat istirahatnya juga jauh dari kesan nyaman. Mainah hanya berbaring di bale bambu beralaskan terpal plastik. Tak jarang dia merasa sakit pada tulang belakangnya.
Namun tak sekali pun kekurangan-kekurangan itu menjadi alasan untuk lemah. Tak ada keluhan terlontar dari bibirnya saat dikunjungi Rabu kemarin. Mainah malah justru mengucapkan syukur atas kebaikan para tetangga sehingga kehidupannya terus berlanjut.
Hanya, Mainah mengaku merasa kecewa terhadap anak semata wayangnya, Kustinah. Sampai saat ini Kustinah yang sudah memiliki 10 anak dan empat cucu, tidak pernah memberi perhatian apalagi bantuan.
Mainah mengaku, satu-satunya pelipur lara adalah dengan mengaji. Setiap hari dia selalu menyempatkan melantunkan beberapa ayat Alquran yang sudah dihafalnya sejak lama.
(Taufik Budi/SUN TV/ton)
Sumber http://news.okezone.com/read/2011/03/31/340/441026/diusir-anak-nenek-ini-tinggal-di-gubug-reyot
Mainah sudah menempati gubug yang terletak di RT 02/01, Desa Babat, Kecamatan Kebon Agung, Demak, Jawa Tengah, itu sejak 20 tahun lalu.
Gubug seukuran 2 x 3 meter itu didirikan warga karena merasa iba dengan kondisinya. Pasalnya, sejak diusir sang anak Mainah sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.
Sehari-hari dia lebih banyak menunggu kiriman makanan dari tetangga. Tungku di gubugnya sangat jarang digunakan karena tidak ada bahan untuk dimasak.
Bahkan untuk mencari air di sungai, Mainah harus bolak-balik melewati jalan bebatuan yang licin. Tubuh bongkoknya berjalan hanya ditopang tongkat bambu di tangan kanan.
Dalam kondisi jalan licin dan naik turun itu, Mainah harus melangkah hati-hati agar tidak terpeleset. Ditambah, tangan kirinya harus membawa beban satu ember air.
Perjuangan berat untuk mendapatkan air tidak hanya dilakukannya sekali. Dalam sehari, Mainah harus tiga kali bolak-balik ke sungai yang jaraknya 300 meter dari gubugnya.
Tak hanya itu, ranjang tempat istirahatnya juga jauh dari kesan nyaman. Mainah hanya berbaring di bale bambu beralaskan terpal plastik. Tak jarang dia merasa sakit pada tulang belakangnya.
Namun tak sekali pun kekurangan-kekurangan itu menjadi alasan untuk lemah. Tak ada keluhan terlontar dari bibirnya saat dikunjungi Rabu kemarin. Mainah malah justru mengucapkan syukur atas kebaikan para tetangga sehingga kehidupannya terus berlanjut.
Hanya, Mainah mengaku merasa kecewa terhadap anak semata wayangnya, Kustinah. Sampai saat ini Kustinah yang sudah memiliki 10 anak dan empat cucu, tidak pernah memberi perhatian apalagi bantuan.
Mainah mengaku, satu-satunya pelipur lara adalah dengan mengaji. Setiap hari dia selalu menyempatkan melantunkan beberapa ayat Alquran yang sudah dihafalnya sejak lama.
(Taufik Budi/SUN TV/ton)
Sumber http://news.okezone.com/read/2011/03/31/340/441026/diusir-anak-nenek-ini-tinggal-di-gubug-reyot
0 comments:
Posting Komentar