Senin, 25 April 2011

Suriah Makin Berdarah

Kairo, Kompas - Krisis politik di Suriah kian meruncing. Sedikitnya 13 orang tewas, Sabtu (23/4), ketika aparat keamanan menembaki kerumunan massa saat berlangsung prosesi pemakaman 100 korban tewas di berbagai kota Suriah. Para korban tersebut tewas pada aksi unjuk rasa, Jumat lalu.
Aparat keamanan pada Sabtu malam lalu juga mendobrak beberapa rumah di dekat kota Damaskus, menurut media televisi di Timur Tengah.
Sebanyak dua anggota parlemen dari Provinsi Daraa dan mufti provinsi itu mengajukan pengunduran diri sebagai wujud protes atas aksi penembakan terhadap para pengunjuk rasa.
Menurut saksi mata, seperti diberitakan stasiun televisi Aljazeera, saat prosesi pemakaman korban tewas, ribuan warga berteriak, ”Tumbangkan rezim Bashar al-Assad.” Mereka juga meminta Presiden Bashar al-Assad mengerahkan pasukan ke Dataran Tinggi Golan untuk membebaskannya dari pendudukan Israel daripada mengerahkannya untuk menghadapi rakyat sendiri.
Dua anggota parlemen dari Provinsi Daraa, Naser Al Hariri dan Khalil Rifai, mengajukan pengunduran diri dari anggota parlemen sebagai protes atas aksi penembakan aparat keamanan terhadap pengunjuk rasa.
Al Hariri kepada Aljazeera mengungkapkan, alasan mengundurkan diri adalah dia gagal melindungi rakyat Suriah dari tembakan aparat keamanan. Ia mempertanyakan, siapa yang memerintah penembakan itu setelah Presiden Bashar al-Assad berjanji kepada tokoh-tokoh Provinsi Daraa bahwa tidak akan ada tembakan di provinsi tersebut.
Al Hariri menambahkan, penembak jitu yang menduduki atap gedung-gedung pemerintah adalah aparat keamanan karena tidak mungkin rakyat biasa bisa menduduki gedung-gedung itu.
Khalil Rifai juga beralasan, pengunduran diri dari anggota parlemen karena dia gagal melindungi rakyat Daraa dari aksi penembakan oleh aparat keamanan.
Ia menyerukan, Presiden Bashar al-Assad mencapai kesepakatan politik dengan rakyat Suriah karena pendekatan keamanan saja akan gagal menyelesaikan problem negeri itu.
Mufti Provinsi Daraa, Sheikh Razzaq Abdurrahim, beralasan, pengunduran dirinya sebagai protes atas jatuhnya korban tewas dan luka-luka oleh aparat keamanan.
Ia mengungkapkan, ada janji dari pejabat di atas bahwa tidak akan ada tembakan. Akan tetapi, realitas di lapangan berbeda.
Sheikh Razzaq menyerukan Presiden Bashar al-Assad memenuhi tuntutan rakyatnya. ”Saya tidak melawan Presiden Assad, tetapi orang-orang sekelilingnya,” kata Razzaq kepada Aljazeera.
Masyarakat internasional juga mengkritik keras atas aksi aparat keamanan Suriah yang menggunakan kekuatan berlebihan dalam menghadapi para pengunjuk rasa.
Kementerian Luar Negeri Turki mengungkapkan kecemasannya atas pertumpahan darah di Suriah. Turki meminta otoritas Suriah lebih menahan diri dan mengurangi penggunaan kekuatan terhadap pengunjuk rasa.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengecam penggunaan kekuatan berlebihan terhadap pengunjuk rasa di Suriah. Ia meminta otoritas Suriah menghentikan penggunaan kekuatan itu dan melakukan penyidikan secara independen atas jatuhnya korban tewas dalam jumlah besar.
Ketua Komisi Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengecam aksi kekerasan di Suriah, yang ia sebut tidak bisa diterima. Ia meminta otoritas Suriah menyeret pihak-pihak yang terlibat tindak pidana terhadap rakyat diajukan ke pengadilan. Ashton juga meminta otoritas Suriah segera melaksanakan reformasi politik yang dijanjikan.
Presiden AS Barack Obama mengecam pula aksi penggunaan kekuatan terhadap pengunjuk rasa di Suriah. Obama menuduh otoritas Suriah berusaha mendapat bantuan dari Iran untuk menumpas aksi unjuk rasa itu.
Namun, otoritas Suriah menolak keras tuduhan Presiden Obama tersebut. Sumber otoritas Suriah, seperti dikutip harian Asharq Al Awsat, mengatakan bahwa kritik Obama itu tidak bersandar pada pandangan obyektif komprehensif terhadap hakikat yang terjadi di Suriah.
(Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir)
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/2011/04/25/03281186/suriah.makin.berdarah

0 comments:

Posting Komentar